SOLO – Semangat Hubungan Masyarakat (Humas) Sekolah Penggerak SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta belajar penulisan esai yang digelar oleh Solopos Institute kelas daring Zoom Meeting bersamaan libur Isra Miraj. Hal ini berpedoman pada Surat Keputusan Bersama (SKB) Tiga Menteri nomor 963/2022 mengenai Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama Tahun 2022, Senin (28/2/2022).
Ichwan Prasetyo Jurnalis Solopos, Wartawan Utama mengucapkan menuangkan gagasan dalam Karya Tulis. Sumber ide dari mana saja. Menangkap ide. Butuh kepekaan. Kehendak menulis. Kehendak berbagi informasi dan cerita. Daya nalar kritis. Menghidupan panca indra.
“Media sosial. Obrolan ringan. Membaca buku. Membaca koran, portal berita, majalah, jurnal. Pancaindra menangkap apa saja dalam kehidupan sehari-hari,” ujar Ichwan, sambil tersenyum.
Fakta menjadi teks berselancar dengan berpikir kritis. Sudut pandang. Referensi atau acuan. Pengalaman. Kekayaan wacana. Konsep diri.
Menulis opini, menyebarluaskan gagasan: mentransfer ide dan gagasan ke ruang publik. Penulis masuk ke ranah publik, berusaha memengaruhi publik, agar gagasannya diterima atau diperdebatkan (harus siap). Rekreasi intelektual: mengasah otak, menajamkan pikiran, menantang munculnya ide-ide baru, menantang pendapat orang dengan argumentasi yang siap untuk diperdebatkan.
Memberikan wawasan dan pengetahuan untuk orang lain: berbagi informasi, data, pengalaman. Harus dilakukan dengan hati, kesukacitaan, kegembiraan membagi gagasan, dan kecintaan menyumbangkan ilmu dan pengetahuan.
Kegiatan menyenangkan: Siapa pun bisa dan mampu untuk menulis opini, setiap yang memiliki pengetahuan, mampu menulis, sesungguhnya bisa menulis opini.
Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan Balai Pustaka menjelaskan opini sebagai ”pendapat; ”pikiran,” atau ”pendirian.”
Menulis opini butuh: pengetahuan akan bidang/masalah tertentu, ide dan gagasan, argumentasi gagasan, teknik penulisan, pengetahuan bahasa, pengetahuan tentang media massa.
“Menulis opini, menulis dengan gaya coba-coba. Menulis yang bukan-bukan. Salah satu esai rohnya adalah keberpihakan,” bebernya.
Kata kolumnis Thomas L. Friedman Tidak ada rumus pasti menulis esai/kolom/artikel opini. Tidak ada sekolah tempat khusus belajar menulis esai/kolom/artikel opini. Semua orang bisa menulis esai/kolom/artikel opini dengan cara berbeda-beda.
Senang dan antusias saat pelatihan adalah perasaan yang dia rasakan selama kegiatan berlangsung. “Saya senang mengikuti acara ini, ingat masa lalu,” ujar Wakil Kepala Sekolah bidang Humas, Jatmiko.
Kontributor, Wakasek Humas Jatmiko.
0 comments:
Posting Komentar