SOLO – Alumni Peserta Standardisasi Da’i Majelis Ulama Indonesia (MUI) angkatan ke-19 ustaz Jatmiko mengupas Sukses seorang Anak Andil Besar Orang Tua dalam Achievement Motivation Training (AMT) MTs Negeri 6 Klaten Jawa Tengah di Masjid Nurul Falah, Minggu (7/5/2023).
Acara AMT itu berlangsung secara tatap muka diikuti sebanyak 229 siswa kelas IX. Hadir pula Kepala Madrasah Drs H Sri Harjono yang diwakili Wakil Kepala Madrasah bidang Humas Mahfud Khairul SPd, dan 9 guru pendamping.
“Tersadar suka membentak ibu. Mudah-mudahan yang meneteskan air mata hari ini, air matanya di bawa ke Surga dan terampuni dosanya,” ucap Jatmiko.
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu, anak, hidup dalam satu atap, dan hidup dalam kondisi saling bergantung. Keluarga tempat pertama bagi anak untuk membentuk jati diri, kepribadian serta karakter. Selain ibu yang memiliki cinta serta kasih sayang yang besar untuk anak-anaknya.
“Madrasah Tsanawiyah hanya berperan sebagai media tumbuh kembang seorang anak. Selebihnya dibutuhkan peran orang tua dalam memberikan kasih sayangnya,” ujarnya, sambil tersenyum.
Lebih lanjut Jatmiko menjelaskan, perjalanan menjadi seorang ayah, ibarat petualangan dalam kehidupan. Setiap kejadian sekecil apapun bersama anak dan istri, sejatinya menjadi peluang pembelajaran bagi ayah.
Dalam ranah pengasuhan, rentang usia anak 0 – 7 tahun, satu masa yang disebut golden moment. Pada usia anak-anak inilah, saat terbaik menanamkan banyak hal pada buah hati. Proses membangun kedekatan, bisa dimulai ayah saat janin masih bersemanyam di rahim ibunda.
“Penanaman karakter dan habituasi anak, akan terasa efektif dengan teladan dan uswah tidak sekedar dinasehatkan. Anak merekam apa yang dia lihat, sedangkan yang dia dengar relatif cepat hilang,” pesannya.
Seperti ingin punya anak yang rajin salat subuh berjamaah, sebagai ayah wajib tegak menunaikan salat lima waktu. Mustahil bagi ayah pengabai kewajiban ibadah, berharap anaknya sigap dan khusyu mendirikan salatnya.
Tiada seorang pun yang bisa menggapai kejayaan hidup di dunia ini kecuali ia dibesarkan dengan belaian kasih sayang orang tua. Dalam agama Islam orang tua ada tiga yaitu, bapak dan ibu kandung, kedua mertua, dan guru.
Sekiranya, kita dapat meraih kemegahan dunia dan seisinya untuk membalas jasa mereka, tentulah tak sepadan menggantikannya. Orang tua tak pernah menghitung balasan material dari anak, kecuali sekadar bakti (birrul walidain) yang tulus semasa hidupnya dan kiriman doa setelah kematiannya. (QS [17]:23-24, [46]:15).
Betapa mulianya mereka, hingga Allah SWT merangkai pengabdian kepada-Nya dengan kedua orang tua (QS [31]:13), terutama kepada ibu (HR Muttafaq 'alaih).
“Karenanya, jika tampil seorang anak yang sukses, sungguh kedua orang tua yang hebat menghantarkannya,” bebernya.
Selanjutnya, mereka guru-guru yang mengajar dan mendidik kita di bangku sekolah, mulai dari yang paling rendah hingga yang paling tinggi. Jika kedua orang tua melahirkan dan membesarkan maka guru menumbuhkan segala potensi dan bakat agar berkembang dengan baik.
“Sungguh, seorang guru bukan hanya mengajarkan ilmu pengetahuan (transfer of knowledge), tetapi juga menanamkan nilai-nilai kemuliaan (transfer of value), mengembangkan keahlian dan kemandirian (transfer of skill), dan mengajarkan kearifan (transfer of wisdom). Murid yang hebat lahir dari sentuhan dan goresan tangan seorang guru yang hebat,” ungkapnya.
Kontributor, Jatmiko.
0 comments:
Posting Komentar