SOLO – Dalang imut sego goreng Brama Kesawa siswa sekolah budaya, SD Muhammadiyah 1 ketelan Surakarta siap memeriahkan hari jadi ke-63 Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) di Gedung Edutorium KH Ahmad Dahlan, Solo, Jawa Tengah, Sabtu malam Ahad, 13 November 2021.
“Belajarnya dari pertunjukan Ki Cahyo Kuntadi di Studio Madhangkara dan menonton wayang di Kuntadi Channel yang saat ini sudah 107 ribu subcriber,” kata Brama yang mengidolakan tokoh wayang Antareja, Sabtu (6/11/2021).
Brama Kesawa putra dari Ki Cahyo Kuntadi Sukesi, tetap asyik di masa pandemi Covid-19. Pentas wayang kulit secara virtual menjadi pilihannya. “Terima kasih UMS yang telah mengapresiasi untuk tampil tatap muka di gedung edutorium dan insya Allah bisa tampil bersama mas Gibran,” ucap Brama kelahiran Surakarta, 20 Mei 2013.
Seiring berjalannya waktu, kemampuan mendalang Brama semakin berkembang. Dalam beberapa acara pernah membawakan lakon Anoman Duta. Sebagai dalang cilik, Brama tak pernah berhenti untuk belajar sepanjang hayat.
Seni pedalangan bagi masyarakat Jawa khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya, merupakan salah satu dari sekian banyak kekayaan budaya warisan leluhur yang sangat tinggi nilainya.
Wayang juga diakui UNESCO sebagai seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di Jawa. Seni pedalangan mengandung nilai hidup dan kehidupan luhur, yang dalam setiap akhir cerita (lakon)-nya selalu memenangkan kebaikan dan mengalahkan kejahatan.
“Pernah diikutkan sekolah dalm penggarapan vidio festival dalang cilik tingkat Kota Surakarta tahun 2021. Yang sebelumnya ikut bergotong royong bersama TVRI stasiun Jawa Tengah produksi film Genk Gibran berhasil juara produksi terbaik periode bulan Januari-Mei 2020,” ucap Brama, sambal tersenyum.
Mengapa Brama Kesawa berjuluk dalang sego goreng? Darah seni perdalangannya menurun dari Ayahnya, Ki Cahyo Kuntadi SSn MSn mimiliki kakek Ki Sukron Suwanda dalang kondang. Disamping mendalang Ki Sukron juga sering diundang berceramah agama pada acara hajatan di kampung halamannya di desa Krenceng Nglegok Blitar.
“Sebelum pentas saya awali baca basmalah dan makan nasi goreng,” celotehnya.
Kontributor, Jatmiko.
0 comments:
Posting Komentar