SOLO – Di tengah pandemi Covid-19, Sebanyak 36 kelas IIC SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta punya cara unik peringati Hari Kartini membuat poster dan kenakan pakain adat Irian Jaya, Rabu (21/4/2021).
“Terkait dengan adanya wabah Corona peringatan Hari Kartini masih ada dan terasa melalui pembelajaran daring secara online by WhatsApp group dan aplikasi zoom,” ujar Tri Yuniarti wali kelas IIC.
Tujuan peringatan digelar sebagai bentuk apresiasi terhadap budaya Indonesia. Melalui momentum Hari Kartini, para siswa dan guru turut melestarikan budaya. Selain itu, para siswa SD Muh 1, singkatan dari Muhammadiyah 1 Ketelan, akan semakin mengerti keberagaman budaya yang ada di negeri Republik Indonesia.
“Menyanyi. Kemudian mendengarkan cerita sejarah perjuangan ibu Kartini yang saya sampaikan,”imbuh Tri, panggilan akrabnya sambil tersenyum.
Semangat Kartini Masa Kini di era industri 4.0 menuju era society 5.0 mengilhami kartini kecil Naura Cantika Larasati. Hari Kartini yang diperingati setiap tanggal 21 April di isi membuat sebuah poster yang isinya Sifat Kartini, yang bisa diteladani.
“Semoga kita bisa meneladani perjuangan beliau untuk tidak berhenti belajar, sederhana, tidak mudah menyerah, berani dan peduli. Habis gelap terbitlah terang,” ucap Naura, siswa kelas IIC.
Sejalan dengan profil Pelajar Pancasila, yaitu perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, dengan enam ciri utama beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.
“Selamat Hari ibu Kartini 2021,”ucap Kenzie Ras Ainun.
Sementara itu, Wakil Kepala Sekolah bidang Humas, Jatmiko mengatakan sejak dini peserta didik alangkahnya dikenalkan pendidikan multikultural yang bertujuan menanamkan sikap simpatik, respek, apresiasi, dan empati terhadap penganut agama dan budaya yang berbeda.
“Pendidikan Multikultural sebuah ide dan gerakan di mana tujuan utamanya agar semua mendapatkan kesempatan yang sama. Muaranya menanamkan rasa toleransi bagi sesama walau berbeda-beda suku, agama, ras, adat (SARA), kelas sosial, gender, dan bahasa,”pungkas Jatmiko.
Humas, Jatmiko.
0 comments:
Posting Komentar