Perintah konsistensi dinyatakan dalam Alqur’an dan sunnah. Allah berfirman: “ … tetaplah kamu (beribadah) kepada-Nya dan mohonlah ampunan kepada-Nya.” (Qs. Fushilat: 6).
“Maka tetaplah engkau (Muhammad) (di jalan yang benar), sebagaimana telah diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang bertobat bersamamu, dan janganlah kamu melampaui batas.” (Qs. Hud: 112).
“Karena itu, serulah (mereka beriman) dan tetaplah (beriman dan berdakwah) sebagaimana diperintahkan kepadamu (Muhammad) dan janganlah mengikuti keinginan hawa nafsu mereka … “ (Qs. Asy Syura: 15).
Rasulullah saw., bersabda : “Katakanlah: Saya beriman kepada Allah, kemudian istiqamahlah!” (HR. Muslim)
Kata istiqomah berasal dari kata istaqoma-yastaqimu artinya tegak lurus. Istiqomah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai sikap teguh pendirian dan selalu konsekuen.
Orang yang bertindak konsistensi, akan mendapatkan kemulian. Firman Allah dalam Surat Fushshilat ayat 30:
“Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu.”
Konsistensi beribadah Ramadan wajib berkelanjutan walaupun bulan puasa telah berlalu. Umat Islam istiqomah bersemangat melayani umat dan masyarakat untuk menjaga amalan dan maghfirah Allah, ibadah di rumah lebih dekat keluarga “baitii jannatii” rumahku surgaku.
Salat lima waktu berjamah, perbanyak puasa sunnah baik Senin-Kamis, puasa Daud, dan puasa enam hari di bulan Syawal. Kata Rasul sama puasa satu tahun.
Rajin menjaga dan mendengarkan pengajian secara online, salat lail, iktikaf di sepuluh hari terakhir, sedekah, zikir, aktivitas sosial yang bermanfaat bagi sayuran, buah-buah, telor, membagikan nasi bungkus kepada tukang becak, tukang sampah, pemulung, memberi bantuan kepada tenaga medis berupa pelindung diri, vitamin dan membaca Alqur’an sambil memahami artinya.
Sebaliknya orang merugi tandanya, tidak bisa mengalahkan hawa nafsunya untuk menjaga seluruh indra seperti mata, telinga, mulut, tangan kaki. Tidak sabar, pemarah, pembohong, juga lalai dengan waktu serta tidak istiqomah.
Apabila wabah Virus Corona COVID-19 semakin mengganas dan tenggrinas. Maka demi keselamatan diri, sanak dan saudara. Anjuran masyarakat dilarang salat tarawih bersama di masjid, ziarah kubur bahkan mudik ke kampung halaman, jaga jarak aman, cuci tangan setelah beraktivitas, pakai masker kemana saja. alangkah baiknya harus diikuti.
Karena iman yang sempurna adalah iman mencakup 3 dimensi, hati, lisan dan amal perbuatan.
Jika urusan dunia, kita mampu membuat Planning (perencanaan), Organizing (pengorganisasian), Actuating (perencanaan dan pengorganisasian), Controlling ( pengendalian) yang sangat baik; Apalagi urusan akhirat, hendaknya kita lebih perhatian.
Mengapa demikian jalannya? Setiap jalan ada syaitan yang selalu menggoda. “Dan sungguh, inilah jalan-Ku yang lurus. Maka ikutilah! Jangan kamu ikuti jalan-jalan (yang lain) yang akan mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Demikianlah Dia memerintahkan kepadamu agar kamu bertakwa.” (Qs. Al An’am: 153)
Jalan lurus yang dimaksud adalah agama Allah, Islam. “Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama dengan lurus, dan juga agar melaksanakan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar).” (Qs. Al Bayyinah: 5)
Adakah buah dari konsistensi? Ada. Dalam surat Fussilat ayat 30-32 disebutkan. “Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu.”
“Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya (surga) kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh apa yang kamu minta.”
“Sebagai penghormatan (bagimu) dari (Allah) Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
Orang yang berkonsistensi dijauhkan oleh Allah dari rasa takut, dan sedih. didekatkan berkonsistensi dijanjikan surga. Dia tak takut masa depan dan tak bersedih mengalami kegagalan masa lalu. Takut menghadapi masa depan, takut mengalami kegagalan. Ketakutan seperti itu akan menghambat kemajuan dan menyebabkan kemunduran dan tidak berbuat apa-apa.
Demikianlah, sikap konsistensi sangat diperlukan menjalani “New Normal” di Tengah Pandemi hingga kini belum ditemukan vaksin sebagai antivirus. Juga kita tidak akan cepat berputus asa, cepat lupa diri dan mudah terombang-ambing. #IndonesiaTerserah#Sukasukakalian#Sakkarepmu.
Lebaran akan tiba dalam hitungan hari. Pribadi muslim akan menyambut puncak kemenangan Hari Raya Idul Fitri 1441 H bersih hati, suci, saleh, halus budi pekertinya, cemerlang pemikirannya, tumbuh kepedulian dan kesadaran baru baik agama, manusia, lingkungan dan sistem atau 4 pilar, kita merasakan apa yang diarasakan masyarakat umumnya.
Itu semua buah dari ketakwaan, diraih selama Ramadan dan dipraktikkan pasca-Ramadan dengan konsistensi.
Waallahu A’lam Bishawab.
“Maka tetaplah engkau (Muhammad) (di jalan yang benar), sebagaimana telah diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang bertobat bersamamu, dan janganlah kamu melampaui batas.” (Qs. Hud: 112).
“Karena itu, serulah (mereka beriman) dan tetaplah (beriman dan berdakwah) sebagaimana diperintahkan kepadamu (Muhammad) dan janganlah mengikuti keinginan hawa nafsu mereka … “ (Qs. Asy Syura: 15).
Rasulullah saw., bersabda : “Katakanlah: Saya beriman kepada Allah, kemudian istiqamahlah!” (HR. Muslim)
Kata istiqomah berasal dari kata istaqoma-yastaqimu artinya tegak lurus. Istiqomah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai sikap teguh pendirian dan selalu konsekuen.
Orang yang bertindak konsistensi, akan mendapatkan kemulian. Firman Allah dalam Surat Fushshilat ayat 30:
“Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu.”
Konsistensi beribadah Ramadan wajib berkelanjutan walaupun bulan puasa telah berlalu. Umat Islam istiqomah bersemangat melayani umat dan masyarakat untuk menjaga amalan dan maghfirah Allah, ibadah di rumah lebih dekat keluarga “baitii jannatii” rumahku surgaku.
Salat lima waktu berjamah, perbanyak puasa sunnah baik Senin-Kamis, puasa Daud, dan puasa enam hari di bulan Syawal. Kata Rasul sama puasa satu tahun.
Rajin menjaga dan mendengarkan pengajian secara online, salat lail, iktikaf di sepuluh hari terakhir, sedekah, zikir, aktivitas sosial yang bermanfaat bagi sayuran, buah-buah, telor, membagikan nasi bungkus kepada tukang becak, tukang sampah, pemulung, memberi bantuan kepada tenaga medis berupa pelindung diri, vitamin dan membaca Alqur’an sambil memahami artinya.
Sebaliknya orang merugi tandanya, tidak bisa mengalahkan hawa nafsunya untuk menjaga seluruh indra seperti mata, telinga, mulut, tangan kaki. Tidak sabar, pemarah, pembohong, juga lalai dengan waktu serta tidak istiqomah.
Apabila wabah Virus Corona COVID-19 semakin mengganas dan tenggrinas. Maka demi keselamatan diri, sanak dan saudara. Anjuran masyarakat dilarang salat tarawih bersama di masjid, ziarah kubur bahkan mudik ke kampung halaman, jaga jarak aman, cuci tangan setelah beraktivitas, pakai masker kemana saja. alangkah baiknya harus diikuti.
Karena iman yang sempurna adalah iman mencakup 3 dimensi, hati, lisan dan amal perbuatan.
Jika urusan dunia, kita mampu membuat Planning (perencanaan), Organizing (pengorganisasian), Actuating (perencanaan dan pengorganisasian), Controlling ( pengendalian) yang sangat baik; Apalagi urusan akhirat, hendaknya kita lebih perhatian.
Mengapa demikian jalannya? Setiap jalan ada syaitan yang selalu menggoda. “Dan sungguh, inilah jalan-Ku yang lurus. Maka ikutilah! Jangan kamu ikuti jalan-jalan (yang lain) yang akan mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Demikianlah Dia memerintahkan kepadamu agar kamu bertakwa.” (Qs. Al An’am: 153)
Jalan lurus yang dimaksud adalah agama Allah, Islam. “Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama dengan lurus, dan juga agar melaksanakan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar).” (Qs. Al Bayyinah: 5)
Adakah buah dari konsistensi? Ada. Dalam surat Fussilat ayat 30-32 disebutkan. “Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu.”
“Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya (surga) kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh apa yang kamu minta.”
“Sebagai penghormatan (bagimu) dari (Allah) Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
Orang yang berkonsistensi dijauhkan oleh Allah dari rasa takut, dan sedih. didekatkan berkonsistensi dijanjikan surga. Dia tak takut masa depan dan tak bersedih mengalami kegagalan masa lalu. Takut menghadapi masa depan, takut mengalami kegagalan. Ketakutan seperti itu akan menghambat kemajuan dan menyebabkan kemunduran dan tidak berbuat apa-apa.
Demikianlah, sikap konsistensi sangat diperlukan menjalani “New Normal” di Tengah Pandemi hingga kini belum ditemukan vaksin sebagai antivirus. Juga kita tidak akan cepat berputus asa, cepat lupa diri dan mudah terombang-ambing. #IndonesiaTerserah#Sukasukakalian#Sakkarepmu.
Lebaran akan tiba dalam hitungan hari. Pribadi muslim akan menyambut puncak kemenangan Hari Raya Idul Fitri 1441 H bersih hati, suci, saleh, halus budi pekertinya, cemerlang pemikirannya, tumbuh kepedulian dan kesadaran baru baik agama, manusia, lingkungan dan sistem atau 4 pilar, kita merasakan apa yang diarasakan masyarakat umumnya.
Itu semua buah dari ketakwaan, diraih selama Ramadan dan dipraktikkan pasca-Ramadan dengan konsistensi.
Waallahu A’lam Bishawab.
Dwi Jatmiko, S.Pd.I
Pengasuh Agama Kelas Bawah
Wakil Kepala Sekolah bidang Humas
SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta
Penceramah Pegiat Tahsin 6 M
0 comments:
Posting Komentar