Rabu, 30 Maret 2022

Peran Serta SMA Muhammadiyah 6 Surakarta dalam In House Training Kurikulum Merdeka oleh Badan Kerjasama Sekolah Swasta Kota Surakarta

SOLO – In House Training (IHT) yang diselenggarakan oleh BKS SMA/MA Kota Surakarta membahas tentang Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM). Sabtu (26/3) pagi, acara IHT Kurikulum Merdeka dipaparkan oleh 2 Pembicara yaitu Ibu Dr. Dian Fajarwati, M.Pd. dan Ibu Fety Marhayuni, S.Pd., M.Pd. SMA Muhammadiyah 6 Surakarta mengirimkan lima perwakilan untuk mengikuti IHT, di antaranya Kepala Sekolah, Waka Bidang Kurikulum, dan 3 Guru, yaitu Ibu Desi Dwi Hastuti, S.Pd, M.Pd., Ibu Yuanita Dwi Hapsari, S.Pd., Ibu Dra. Siti Tri Winarni, Bapak Drs. Katino, dan Ibu Sri Lanjari, S.Pd.

Indonesia memiliki visi pendidikan yang luar biasa yaitu mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian melalui terciptanya Pelajar Pancasila yang bernalar kritis, kreatif, mandiri, beriman, bertakwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia, bergotong royong, dan berkebinekaan global. Namun, pada masa pandemi ini banyak kendala dalam proses pembelajaran di satuan pendidikan. Dalam upaya mewujudkan visi pendidikan Indonesia dan untuk memulihkan pembelajaran, maka Pemerintah mengeluarkan kebijakan pengembangan Kurikulum Merdeka. Pemerintah mengharapkan seluruh satuan Pendidikan dapat mengimplementasikan Kurikulum Merdeka mulai tahun ini dan diharapkan pada tahun 2024 seluruh satuan Pendidikan sudah dapat mengimplementasikan Kurikulum Merdeka tersebut.

Prinsip IKM yaitu bertahap, kemerdekaan, dukungan, berbagi, dan kolaborasi. Sehingga Kurikulum Merdeka ini memberikan keleluasaan bagi siswa, guru, maupun satuan pendidikan. Dalam IKM ada tiga pilihan yaitu Mandiri Belajar, Mandiri Berubah, dan mandiri Berbagi. Pada pembelajaran paradigma baru, konsep merdeka belajar merupakan konsep yang dibuat agar Guru bisa mendesain pembelajaran sesuai dengan minat dan bakat siswa masing-masing.

Metode perancangan pembelajaran yang dirasa lebih efektif yaitu backward design. Metode backward design di sini dilakukan dengan cara menentukan dahulu tujuan pembelajarannya, kemudian melakukan asesmen diagnostik untuk mengidentifikasi kompetensi, kesiapan, dan gaya belajar peserta didik, baru setelah itu dapat dilaksanakan aktivitas belajar. Kemudian dalam IKM diperlukan modul ajar yang yang memiliki komponen lebih lengkap. Pendidik memiliki keleluasaan untuk membuat sendiri modul ajarnya, memilih, ataupun memodifikasi modul ajar yang tersedia sesuai dengan konteks, kebutuhan, dan karakteristik peserta didik. 

Dalam IKM ada projek penguatan profil pelajar pancasila (PPP), dimana untuk tingkat SMA/MA sekolah dapat memilih minimal 3 tema dalam satu tahun. Projek penguatan PPP juga memerlukan modul, asesmen, dan rapor tersendiri.

Sebagai tindak lanjut IHT Kurikulum Merdeka ini, Komunitas Praktik IKM dibentuk. Dengan total 5 Komunitas Praktik yang masing-masing komunitas didampingi oleh Kepala Sekolah Penggerak. Pada kesempatan ini, SMA Muhammadiyah 6 Surakarta khususnya tergabung dalam Komunitas 3 bersama SMA Al Muayat, SMA Muhammadiyah 3, MA Al Muayat, dan MA Muhammadiyah. 

Setelah mengikuti IHT Kurikulum Merdeka, diharapkan IKM ini dapat dipahami oleh warga satuan Pendidikan. Sehingga, sekolah SMA/MA dapat segera mengimplementasikan Kurikulum Merdeka. 

“Dengan mengikuti IHT Kurikulum Merdeka diharapkan mampu memberikan pencerahan tentang Kurikulum Merdeka sehingga sekolah secara tepat dapat menentukan pilihan penerapan kurikulum pada Tahun Pelajaran 2022/2023.” Tutur Ibu Desi Dwi Hastuti, S.Pd., M.Pd. selaku Kepala SMA Muhammadiyah 6 Surakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar