Senin, 05 Juli 2021

SD Muhammadiyah 1 Ketelan Susun Modul Ajar Sekolah Penggerak

SOLO – Pembelajaran di masa pandemi Covid-19 menuntut pendidik untuk terus berkreativitas menciptakan materi dan media ajar yang menyenangkan dan memudahkan siswa. Prinsip penyusunan modul ajar melalui tahap perkembangan dan memperhitungkan Karakteristik, kompetensi dan minat peserta didik di setiap fase.

Perbedaan tingkat pemahaman, dan variasi jarak (gap) antar tingkat kompetensi yang bisa terjadi di setiap fase. Melihat dari sudut pandang pelajar, bahwa setiap peserta didik itu unik. Bahwa belajar harus berimbang antara intelektual, sosial, dan personal dan semua hal  tersebut adalah penting dan saling berhubungan.

“Tingkat kematangan setiap peserta didik tergantung dari tahap perkembangan yang  dilalui oleh seorang peserta didik, dan merupakan dampak dari pengalaman sebelumnya,” kata Sri Sayekti, Kepala Sekolah Penggerak SD Muhammadiyah 1 Ketelan, Sabtu (3/7/2021).

Pemahaman konsep dari setiap mata pelajaran melalui  pengalaman belajar dan lintas disiplin. Menumbuhkan minat untuk belajar dan melibatkan  peserta didik secara aktif dalam proses belajar.

Berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman  yang dimiliki sebelumnya, sehingga tidak terlalu kompleks, namun juga tidak terlalu mudah untuk tahap  usianya.

“4 kriteria yang  harus dimiliki  modul ajar. Esensial, menarik, bermakna, dan menantang,” ucap Sayekti.

Relevan dan kontekstual. Berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman  yang dimiliki sebelumnya, dan sesuai dengan konteks di  waktu dan tempat peserta didik berada. Berkesinambungan, keterkaitan alur kegiatan pembelajaran sesuai dengan
fase belajar peserta didik.

“Modul ajar merupakan implementasi dari Alur Tujuan Pembelajaran (ATP) yang dikembangkan dari Capaian  Pembelajaran dengan Profil Pelajar Pancasila sebagai  sasaran,” ucapnya.

Hal-hal yang perlu diingat. Materi ini bersifat pedoman atau petunjuk praktis bagi guru, sekolah, atau stakeholder  dalam mengembangkan ATP dan Modul Ajar.

Guru, sekolah, atau stakeholder dapat menggunakan referensi lain yang sesuai  dengan kondisi dan lingkungan peserta didik.

“Pada panduan ini lebih menekankan pada konsep, prinsip, dan prosedur dalam  mengembangkan ATP dan Modul Ajar. Materi atau bahan ajar, guru dapat mengembangkan sendiri sesuai dengan kondisi  sosial, budaya, kemampuan peserta didik, serta tingkat ekonomi masyarakat sekitar,” harapnya.

Kotributor, Humas Jatmiko.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar